AL-FALAK
Falak secara bahasa (etimologi) berarti orbit atau lintasan benda-benda langit.Ilmu Falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit khususnya bumi, bulan, dan matahari pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi.Ilmu Falak disebut juga ilmu hisab, kerana ilmu ini menggunakan perhitungan ( الحساب =perhitungan). Ilmu Falak disebut juga ilmu rashd, kerana ilmu ini memerlukan pengamatan ( الرصد =pengamatan). Ilmu Falak disebut juga ilmu miqat, kerana ilmu ini mempelajari tentang batas-batas waktu ( الميقات =batas-batas waktu). Ilmu Falak disebut juga ilmu haiah, karena ilmu ini mempelajari keadaan benda-benda langit ( الهيئة = keadaan).
SEJARAH PERKEMBANGAN
Yunani Kuno
Ilmu Falak pada masa Yunani Kuno merupakan sebuah ilmu yang digunakan untuk menghitung waktu menyembah Dewa. Pada masa ini orang Yunani mengira bahwa bumi itu sangat kecil dan langit sangatlah dekat, Bumi diatur oleh Zeus dan Helios yang tiap pagi mengendarai kereta perang dari timur ke barat. Tetapi. di Yunani inilah , lahirnya ilmuwan astronomi yang sangat penting bagi Ilmu Falak atau Astronomi pada masa yang akan datang. Seperti ;
-
Philsop Thales, ia mengemukakan konsep perputaran bumi seperti cakram atau piringan yang datar.
-
Pitagoras,ia meruupakan peletak dasar bahwa bumi itu seperti bola tanpa ujung dan pangkal.
-
Aristoteles, ia berpendapat bahwa bumi berputar pada porosnya dan berputar disekitar matahari bukan sebagai pusat alam semesta tetapi, ia tidak tahu apa yang menyebabkan sebuah planet dan bintang melayang dan tidak jatuh.
-
Ptolomeus, ia mengajarkan kepada murid muridnya mengenai cakrawala atau kosmos bahwa bumi merupakan pusat alam semesta. Pendapat ini diikuti oleh para ilmuwan selama hamper 16 abad. Dan, naskahnya merupakan pedoman dan dasar dari ilmu astronomi, yakni ‘’Almagest’’ atau ‘’Tabril Magesti’’.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Falak
Mesir Kuno
Sama seperti Yunani Kuno , bangsa mesir juga digunakan untuk menentukan waktu ritual keagamaan dan mereka juga menggunakannya untuk mengetahui saat banirnyaSungai Nil.
Arab
Sebelum datangya Islam, bangsa Arab sudah memiliki pengetahuan dasar tentang ilmu astronomi tetapi, belum terumuskan secara ilmiyah. Ilmu astronomi terumuskan dan berkembang pada masa Bani Abbasiyyah sebagai hasil dari akulturasi budaya Persia, India, dan Yunani. Terutama sejak munculnya gairah penerjemahan buku ke dalam bahasa arab baik yang diterjemahkan oleh pelajar Kristen, penyembah berhala, maupun pelajar Islam sendiri. Buku buku karya ilmuwan terdahulu seperti ‘’Al Magest’’ karya Ptolomeus, buku buku Plato dan Aristoteles. Dan tokoh yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, ia menulis buku berjudul ‘’Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah’’ sekitar tahun 825. Buku ini sangatlah mempengaruhi pemikiran ilmuwan Eropa nantinya. Dan, Abul Abbas Ahmad Al-Farghani, dengan karyanya ‘’Nujum wal Harakaat al-Samaawiyah’’. Ia dinobatkan sebagai pionir dalam bidang astronomi modern.
Eropah
Jika Yunani adalah peletak dasar teori metode ilmiah maka Islam adalah generasi selanjutnya, dan setelah runtuhnya kekaisaran Islam otomatis pengetahuan beralih ke Barat. Ilmuwan yang terkenal pada masa ini adalah Copernicus, ia berpendapat bahwa semua planet dan matahari tidak mengelilingi bumi hanya bulan saja yang mengelilinginya, teori ini yang dinamakan Heliosentris. Teori ini juga diperkuat oleh Giordeno Bruno dan Galileo Galilei. Mereka tidak sependapat dengan teori Geosentris dari Ptolomeus dan lebih menyetujui teori Heliosentris. Meskipun hal itu mengantarkan mereka (Galileo Galilei dan Copernicus) kepada kematian. Meskipun, saat itu teori tersebut sangat dilarang oleh kaum agamawan saat itu tetapi, mereka tetap melanjutkan dan membuktikan bahwa teori yang mereka anggap itu benar. Seperti ; Johannes Kepler,Tycho Brahe,Isaac Newton.